PROFIL KEPALA DESA DAWATA’A DARI MASA KE MASA


1) Bapak Domi Laga Taby, Periode Tahun 1968-1973

Sosok yang low profile ini diangkat menjadi Kepala desa Dawata pertama di zaman orde baru, wilayah kekuasaannya saat itu meliputi Lambolan, Riang, Beloto dan Watan Pao. Meskipun secara geografis wilayah kekuasaan Kepala Desa Dawata’a cukup luas dengan kondisi topografi yang sulit dijangkau, namun berbagai urusan pemerintahan di zaman itu dapat berjalan dengan meskipun belum belum ada kantor desa yang representatif. Aktivitas kantor berlangsung dirumah kepala desa.

2) Bapak Yohanes Masan, Periode Tahun 1973-1978

Periode ini juga masih disebut periode peralihan, dan roda pemerintahan masih berjalan top down. Era ini masih zaman orde baru sehingga kebebasan untuk mengkspresikan karya nyata dalam bidang pembangunan masih rendah. Sehingga partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan belum menjadi nyata. Pemerintah di semua level termasuk pemerintah desa lebih banyak mengamankan setiap keputusan ditingkat atasnya. Bapak Yohanes Masan adalah Kepala desa Dawata’a pertama yang berasal dari luar ibukota desa yakni dari dusun Beloto.

3) Bapak Domi Laga Taby Periode, Tahun 1978-1992

Setelah sempat menyelesaikan jabatannya sebagai Kepala Desa Dawata’a periode pertama Bapak Domi Laga Taby kembali didapuk memimpin Desa Dawata’a untuk kedua kalinya.Periode ini tergolong cukup panjang karena kepemimpiannya selama kurang lebih 15 tahun. Desa Dawata’a di era ini mulai terlihat geliat pembangunan diberbagai bidang. berbagai program pembangunan dilaksanakan mulai dari program penghijauan dengan anakan tanaman Ampupu, program padat karya pembukaan Jalan Raya Rute Terong-Bahilone-Lewotala-Lamakukung, dan program Listrik (generator)  masuk desa dan Televisi masuk Desa (TV desa) bantuan Departemen Penerangan.
Di masa kepemimpinan Bapak Domi Laga juga tercetus berbagai program desa termasuk aktifnya program pemberdayaan kaum perempuan melalui 10 program Pokok PKK, seperti latihan menyulam taplak meja, membuat kue dan berbagai kerajinan tangan lainnnya  untuk ibu rumah tangga termasuk lomba desa. Menurutnya saat itu, kaum perempuan di desa Dawata’a harus terus diberdayakan dan diberi peran karena kebanyakan kaum perempuan di desanya adalah single parent dan memainkan dua peran sekaligus yakni sebagai ibu rumah tangga dan sebagai kepala keluarga yang menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak, karena kaum pria (amalake,sebutan untuk Bapak-bapak) kebanyakan   memilih mencari nafkah di perantauan baik di Malaysia atau Kalimantan.
Selain itu di masa kepemimpinan kepala Desa Bapak Domi Laga juga tercetus program kerja kebun berkelompok (gemohing) antar Rukun Tetangga (RT) untuk kalangan orang tua dalam satu RT, dan Gemohing Muda Mudi untuk kelompok anak muda. Tujuan dari kegiatan gemohing ini selain sebagai wadah saling gotong royong untuk membersihkan kebun, juga tempat untuk berdiskusi antara sesama warga. Singkatnya diera kepemimpinannya geliat pembangunan berbagai bidang sudah mulai menunjukan kemajuan.

4) Bapak Anton Ola Periode Tahun 1992 - 2000 

Setelah era panjang masa jabatan kepala Desa Dawata’a peralihan kepemimpinan kemudian rakyat desa mempercayakan kepada Bapak Anton Ola, warga dusun lambolan, era kepemimpinannya  untuk melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Di masa kepemimpinan Bapak Anton Ola berbagai sektor pembangunan juga terus digenjot termasuk pemekaran dusun Beloto menjadi desa otonom terjadi pada masa kepemimpinannya. Alasan pemekarannya selain tuntutan pendekatan pelayanan, juga secara geografis jangkauan wilayah adminsitrasi yang sangat luas menjadi kendala, karena untuk menuju dusun Beloto hanya ditempuh dengan jalan kaki sekitar tujuh kilometer dari Lamakukung ibukota desa Dawata’a. Sehingga pilihan pemekaran menjadi desa otonom adalah multak.
Pada era ini pula pembangunan infra struktur di desa Dawata’a mulai dirasakan seperti proyek pengaspalan jalan raya yang menghubungkan Desa Terong, Bahilone, Lewotala-Bilal dan Lamakukung Dawata’a. Meskipun pembangunannya secara bertahap. Selain itu pembangunan fasilitas publik seperti pembangunan puskesmas pembantu (Pustu) Lamakukung, pembangunan Musholla Al-Mujahidin Lamakukung dan sejumlah proyek fisik dilaksanakan di era ini.

5) Bapak Markus Ratu Lonek Periode 2000-2007

Untuk melanjutkan tapuk kepemimpinan kepala desa pasca berakhirnya masa jabatan Bapak Anton Ola, warga Desa Dawata’a melalui proses suksesi pemilihan yang demokratis, memilih Bapak Markus Ratu Lonek  sebagai Kepala desa Dawata’a Kelima. Di periode kepemimpinan Bapak Markus yang disebut dengan era baru membangun desa mandiri ini, perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melalui berbagai program geliatnya sangat dirasakan masyarakat. Sebut saja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang meretas isoliasi antar wilayah dan lingkungan melalui pembangunan fisik seperti pembangunan Jalan antar lingkungan, gang dan pembangunan bak penampung air dan pembangunan fisik lainnya.selain itu diera kepemimpinannya fasilitas ibadah kapela ST. Elisabeth Lamakukung dibangun, meskipun dari swadaya masyarakat dan ummat.  Termasuk proyek bantuan LSM untuk pemasangan instalasi air bersih dari Sumber mata air di Kuran kenir’e

6) Bapak Karolus Keroko Periode 2007-2013

Kepala desa Dawata,a keenam ini tergolong cukup muda memimpin warga. Meskipun di usia yang masih muda namun sosok yang terkenal periang ini mampu melanjutkan estafet program pendahulunya. Di era ini program pemerintah pusat PNPM tetap menjadi program primadona karena kucuran dana yang masuk ke desa cukup besar untuk pembangunan diberbagai sektor termasuk pendidikan dimana masyarakat diberi peran utuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan langsung melibatkan partisipasi masyarakat desa Dawata’a. Sementara itu pemerintah kabupaten Flores Timur melalui program andalan Gerakan Membangun Desa menuju Sejahtera (Gerbang Emas) juga mengucurkan berbagai proram pemberdayaan termasuk pembangunan fisik lanjutan pengaspalan jalan menuju Lewotala – Lamakukung dan desa Lelenbala. Geliat pembangunan fisik yang lain adalah pembangunan Kantor Desa Dawata’a di jalan Taibeto Lamakukung. Dan puncaknya adalah proyek Listrik masuk Desa (Lisdes) yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui PT.PLN (persero) Wilayah NTT. Proyek Lisdes ini sekaligus melengkapi berbagai kebutuhan masyarakat desa Dawata’a yang sudah ada sebelumnya. Bahkan proyek ini disebut masyarakat setempat sebagai ‘mesin ekonomi’ karena dengan listrik berbagai usaha ekonomi masyarakat dapat dilakukan. Proyek Listrik desa dengan sistem pra bayar melalui pulsa ini untuk pertama di Pulau Adonara Timur dengan waktu menyala 24 jam ini menjangkau pelayan empat desa sekaligus yakni desa Ipiebang, desa Bilal, desa Dawata’a dan Desa Lelenbala.
 Dan saat ini masyarakat tidak kesulitan dengan penerangan yang selama ini menggunakan genset atau lampu teplok. Sebagai wujud syukur atas hasil pembangunan itu, pada tahun 2007 lalu, warga Desa Bilal dan Dawata’a menggelar acara reuni dan pengresmian berbagai proyek pemerintah tersebut. Diantarnya Pengresmian Jalan Raya aspal Rute Terong-Bilal dan Dawata’a, serta Lelenbala,  pengresmian masjid jabal Nur dan Musholla Al-Mujahidin Lamakukung dan Musholla darul Iman Bahilone tahap pertama itu dilakukan Drs.Frans lebu Raya yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur NTT dan didampingi Yosni Herin,S.Sos yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Bupati Flores Timur.

7) Pangkrasius Masan, PJs. Kepala desa Dawata’a.

Meskipun masa jabatan Kepala desa Dawata’a Bapak Karolus Karoko telah berakhir tahun 2013 lalu, namun sampai saat ini belum ada proses pemilihan Kepala desa baru sambil menunggu peraturan lebih lanjut karena adanya pengesahan Undang-Undang desa. Dan untuk menjalankan roda pemerintahan sementara pemkab Flotim mengangkat Bapak Pangkratius Masang sebagai pelaksana harian kepala Desa Dawata’a dibantu Sekretaris Desa Dawata’a Aminudin Hamzah.  (din/ayat)      

No comments:

Post a Comment